Jumat, 07 Desember 2012
Rabu, 21 November 2012
Manisnya sebuah Proses
Kamis, 01 November 2012
Keringat Menyegarkan
Hari Selasa, 30 Oktober 2012. SD
JUARA JAKARTA PUSAT kelas 6 berkunjung ke pabrik POCARI SWEAT di daerah
CIGOMBONG, LIDO, SUKABUMI.
Kesuksesan keluarga Otsuka
(Jepang) di tampilkan dari sebuah tayangan video. Dari awal yang hanya
membuat cairan infus dengan pabrik yang kecil sampai kesuksesan sekarang
dengan penjualan Pocari Sweat yang mendunia. Seorang penelitinya
melakukan kurang lebih 1000 x percobaan dan inovasi untuk membuat rasa Pocari
yang sekarang dirasakan selama 3 tahun.
Hal yang menarik juga adalah
proses pembuatan Pocari Sweat, dengan mendengar dan melihat secara langsung
pengolahannya (walaupun dari jarak jauh --Steril).
Melihat dan merasakan kesuksesan
keluarga Otsuka melalui kunjungan ini, menjadikan kami sebagai muslim semakin
bersemangat untuk membuat inovasi-inovasi baru.
Minum Pocari Sweat dulu ah.. ah ah
ha hhh.
oleh Yudi Hindarsyah,
|
Selasa, 09 Oktober 2012
Menumbuhkan Kreativitas Anak
Kreatifitas Anak – Terkadang para orang tua kesal atau jengkel
melihat anaknya nakal atau agak susah diatur. Kertas yang disobek-sobek,
tembok yang dicoret-coret, mainan yang berhamburan disana-sini dan
lain-lain seringkali membuat orang tua kesal sehingga akhirnya anak
dimarahi.
Sebetulnya, di dunia pendidikan tidak ada istilah anak nakal, yang ada
adalah anak kreatif. Kreatifitas tidak hanya bakat dalam bidang seni
atau musik, akan tetapi meliputi cara berpikir kreatif dalam setiap
bidang. Kreatifitas bukan bergantung pada IQ. Anak yang kreatif memiliki
taraf kecerdasan tinggi, tetapi belum tentu memperoleh angka tinggi
dalam tes IQ, terutama yang mengukur kemampuan akademis. Kreatifitas
Anak merupakan proses pembelajaran yang terus menerus dan dilakukan
sejak dini.
Dr. E. Paul Torrance, professor ilmu pendidikan di Universitas
Minnesota, mengatakan bahwa peran orang tua sangat penting dalam
menemukan cara untuk meningkatkan kreatifitas anak, kemampuan ini perlu
dirangsang dan diberi pengarahan sejak bayi. Menurutnya, kreatifitas
anak mulai meningkat pada usia 3 tahun, mencapai puncaknya usia 4-4 1/2
tahun lalu menurun pada usia 5 tahun ketika anak masuk sekolah, hal ini
mungkin karena tekanan guru dan teman yang menuntut dia agar
menyesuaikan diri.
Berikut beberapa cara menumbuhkan kretifitas anak yang dikutip dari buku
“Cara Mengembangkan Kreatifitas Anak” oleh Reynold Bean, Binarupa
Aksara, 1995 :
1. Beri kesempatan anak untuk menyampaikan perasaan, keinginan dan
gagasannya tanpa mencela atau membuatnya malu
2. Hormatilah cara anak mengekspresikan kreatifitasnya dengan memberikan
pengakuan dan pujian terhadap proses kreatif yang dilakukannya
3. Ciptakanlah lingkungan rumah yang kaya akan peluang mengekpresikan
diri dengan menyediakan sumberdaya seperti mainan, buku, benda bekas,
ruang dan waktu untuk kreatifitas
4. Tanyakan dahulu pendapat atau penilaian anak terhadap hasil karyanya
sebelum orang di sekitarnya memberikan penilaian
5. Akui dan hargai hasil karya anak dengan membingkainya, menempel hasil
karyanya dan memujinya
6. Hindarkan tindakan membanding-bandingkan anak dengan temannya, atau
dengan kakak atau adiknya
7. Biarkan anak bermain dengan gembira, karena bermain adalah wujud
kreatifitas bagi anak. Pada waktu bermain, anak akan merasa gembira dan
pada saat itulah kreatifitas akan mengalir deras
Namun perlu diingat, bila hal tersebut diatas dilakukan sebaliknya,
tentunya hal itu akan membunuh kreatifitas anak. Dan ini kebanyakan
dilakukan oleh orang dewasa di sekitar anak.
(BU NENCY)SISWA SD Juara Jakpus SERANG MONAS
Jumat, 28 September 2012
Guru-guru kecilku.....di SD Juara JakPus
Aku seorang guru. Tugas utamaku adalah mendidik dan mengajar. Namun
bila kurenungkan kembali, sesungguhnya akulah yang banyak belajar dari
mereka, murid-muridku.
Dari mereka, aku belajar untuk menjadi seorang ibu sejati (karena memang
aku belum menjadi seorang ibu). Seorang ibu sejati itu selalu memberi
yang terbaik untuk anak-anaknya tanpa mengharapkan balasan apapun.
Setulus hati memberikan kasih sayang bagaimanapun perilaku anak-anaknya.
Dari mereka, aku belajar akan arti kesabaran. Sabar dalam menghadapi
tingkah polah mereka yang terkadang kelewatan. Belajar untuk lebih
bijaksana dalam menyikapi kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Belajar
untuk bersikap adil, tidak membeda-bedakan antara yang pandai dan yang
kurang atau belum pandai.
Dari mereka, aku belajar untuk lebih banyak bersyukur karena masa
kecilku jauh lebih beruntung dari mereka. Di usia sekecil mereka, ada
yang sudah tidak mempunyai ayah atau ibu. Ada yang perekonomian
keluarganya begitu memprihatinkan sehingga tidak bisa memberikan gizi
yang baik. Ada yang kurang mendapat perhatian karena ibunya harus ikut
sibuk mencari nafkah. Ada yang harus ikut membantu orangtuanya mencari
nafkah. Ya…….mereka adalah ladang amalku.
Terimakasih guru-guru kecilku. Kebahagiaanku adalah saat melihat senyum
dan prestasi kalian. Doaku semoga kelak kalian bisa menjadi orang-orang
yang sukses. Amin.
We are their expectation
The warriors of Alloh .. Don’t ever say tired till the expiry. We are
here is not caused by coincidentally, but we were chosen by Alloh for
being ambassador in this world to care for poor people. Being proud my
brothers and sisters, no all people can do what we do now, not many
people have sense of caring each other and just few who have
sensitiveness whit this situation currently.
Show to others that we are
different. We can’t be happy while other persons are sorrow, we can’t be
laugh while there are still many people crying because economic problem
and we can be quite while many people need our aid. These neither being
hero nor being famous, but we are working for humanity project.
We are struggling for some people
life, preventing from lowered of self esteem, and developing people
ability for stand alone. We are warrior of civilization, of course we
do not want only being supporter or audience, so being agent of change
is best choice. May Alloh bless and also guide us to stay in His way in
faithful. Ade Pratama,
Judul : Profesor Al Kindi masak gulali
Oleh : Laila, S.Pd, Guru SD Juara Jakarta Pusat
Hari Jum`at yang cerah…..,
Siswa-siswi kelas V Al Kindi SD Juara JakPus membuat eksperimen Sains…
Materi yang diajarkan adalah tentang perubahan sifat benda.Lilin, korek api, kertas putih, gula, gelas, sendok, air panas, kapur merupakan bahan dan peralatan yang harus disiapkan oleh walikelas Bu Laila, S.Pd. dan siswa.
Bau kertas terbakar, perubahan warna dan bau, perubahan bentuk, air tawar menjadi manis, benar-benar telah membuat antusias siswa-siswi kelas V ini untuk menjadi Profesor Al Kindi…
Alhamdulillah semua dapat menyimpulkan hasil eksperimen tersebut dengan diberikannya kertas ulangan……HOREEEEEE!!!!!!!
Sang Juara yang berjumlah 10 siswa ini meminta izin untuk memasak gulali dengan mengunakan sendok sebagai wadah memasaknya…..gulali telah matang….siap disajikan dengan menggunakan stik eskrim….manis manis….
Selasa, 28 Agustus 2012
Selasa, 07 Agustus 2012
Senin, 06 Agustus 2012
Kamis, 26 Juli 2012
Sekolah Gratis Untuk Sang Juara
Bermodalkan sumbangan, Rumah
Zakat mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak miskin dan yatim piatu.
Memiliki 100-an siswa dan di antaranya berprestasi.
Sekilas bangunan bercat putih ini tampak
seperti tempat tinggal. Tak ada ruang kelas, yang ada hanya beberapa
kamar biasa. Bangunan berlantai dua yang terletak di Jl. Balikpapan I,
No 39 A kelurahan Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat itu baru diketahui
merupakan sekolah dari sebuah papan nama yang bertuliskan ‘Sekolah
Juara’ dan spanduk selamat datang di ‘Sekolah Dasar Juara’ yang
terpasang di depan bangunan. Ketika Prioritas bertandang ke sekolah ini
Selasa pekan lalu, suasana lengang. Hanya ada sejumlah orang yang tengah
sibuk mengisi rapor siswa.
“Hari ini sekolah memang diliburkan,”
ujar Kepala Sekolah SD Juara Endang, 32 tahun. Dia mengatakan, SD Juara
sekarang memiliki 104 siswa. Sembilan di antaranya lulus tahun ini.
Berbeda dengan sekolah lain, SD Juara tak menarik biaya sepeser pun dari
siswa. Selain itu, SD ini juga memberikan perlengkapan sekolah mulai
dari buku, seragam, tas hingga sepatu. “Kadang mereka tak bisa sekolah
karena faktor itu. Biarpun sekolah negeri gratis,” ujar Endang. Agar tak
ada alasan untuk tidak sekolah, SD Juara juga membekali siswanya uang
transport. Siswa juga diberi makanan sehat secara berkala.
Tak sulit masuk SD Juara. Syaratnya,
siswa dari keluarga miskin dan mau belajar. Syarat lainnya, siswa dan
orang tuanya menetap. “Ada pengalaman, yang tinggal di bawah jembatan
tergusur lalu pindah. Ada juga siswa yang tinggal di gerobak, anaknya
bagus, rajin, semangat, eh tibatiba menghilang. Katanya dikejar petugas
trantib (ketrentaman dan ketertiban),” ungkap lulusan Universitas Islam
Negeri Jakarta ini. Guna mengetahui apakah siswa yang mendaftar
benar-benar miskin, sekolah akan mengecek langsung.
Kendati siswanya dari kalangan miskin,
namun sekolah ini tak kalah dengan SD lain. Deretan prestasi pernah
diraih muridnya. “Pada 2011 juara satu tenis meja tingkat Jakarta Pusat.
Juara dua cerdas cermat di kecamatan Gambir, juara dua baca puisi di
Universitas Indonesia dan juara harapan 1 lomba menulis surat untuk
presiden,” papar Endang. Menurut Endang, deretan prestasi itu diraih
berkat model pendidikan yang dikembangkan sekolah, yakni model multiple
intelegences. “Dalam mengajar guru harus menganggap tidak ada anak yang
bodoh. Semua anak cerdas, tinggal bagaimana guru menggunakan strategi
mengasah kecerdasan mereka,” ungkap Endang.
Walaupun kurikulumnya mengacu ke dinas
pendidikan, tapi SD Juara bukan sekolah pemerintah. Sekolah ini
didirikan sebagai bagian dari program Rumah Zakat. Pemimpin Rumah Zakat
Nur Efendi, 30 tahun, mengatakan sebelumnya mereka memberikan beasiswa
kepada ribuan siswa tak mampu. Tapi hasilnya kurang maksimal. Karena
itu, Rumah Zakat akhirnya membuat sekolah yang dikelola sendiri.
SD Juara pertama kali dibuat pada 2008
di Bandung. Belakangan berkembang hingga total jumlahnya sekarang
menjadi 11 SD dan 2 Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Tersebar di Jawa
Barat, Jakarta dan Pekan Baru, sekolah ini menampung 6 ribu murid dan
sudah meluluskan sekitar dua ribu orang. Nama juara sengaja dipilih
untuk merangsang rasa optimis murid. Untuk operasional, tiap tahun Rumah
Zakat mengeluarkan dana 1,5 hingga 2 miliar rupiah. “Semuanya ditopang
dari zakat yang dikumpulkan dan sumbangan donator,” tutur Nur Efendi.
Ibu dua orang siswa, Bunga Ayu, 30
tahun, mengaku terbantu dengan keberadaan SD Juara. Dua anaknya menimba
ilmu di sekolah ini tanpa biaya sepeserpun. “SD Juara tak asal mendidik
siswanya. Gurunya banyak plus-plusnya,” ujar Bunga yang tinggal bersama
anak-anaknya di rumah kontrakan berdinding triplek yang sudah tampak
reyot dan sempit.
Seperti sang ibu, Nurul Fatiah, 10
tahun, mengaku senang belajar di SD Juara. Siswa kelas IV ini mengaku
betah di sekolah karena guru yang mengajar baik dan menyenangkan.
“Diajak outing class, misalnya ke ATM,” ujar Nurul. Hal yang sama
disampaikan Zaki, adiknya. “Senang. Temannya pada baik, gurunya baik,”
ujar siswa yang baru naik kelas III ini
Rabu, 25 Juli 2012
Senin, 23 Juli 2012
wisuda angkatan I
WISUDA ANGKATAN I SD JUARA JAKARTA PUSAT 2011/2012
Nama wisuda siswa/i SD JUARA JAKARTA PUSAT (kiri-kanan) :
1.Yazman Yazid
2. Mar'atussyahidah
3. Dennisa Az Zahra Kirana
4. Luthfi Yanti
5. Laila Nur Ratna Komala
6. Reika Ananda
7. Wafa' Az Zahro
8. Aminah
9. Zia Ul Haq
Kegiatan berlangsung di Bandung pada tanggal 20 Juni 2012.
SD JUARA yang ikut terlibat : SD JUARA BANDUNG, SD JUARA CIMAHI, dan SD JUARA JAKARTA PUSAT. Di hadiri oleh pimpinan Rumah Zakat, Indonesia Juara, dan istri Gubernur Jawa Barat - Ibu Netty Heryawan -
Rabu, 18 Juli 2012
GURU-GURU
GURU-GURU SD JUARA JAKARTA PUSAT
ATAS (KIRI - KANAN)
RAHMAN SALEH -KURIKULUM-, RIYADH -TU-, ENDANG -KEPSEK-, ADE PRATAMA -ENGLISH-, M.SOLAHUDIN-BK-, YUDI HINDARSYAH- GURU KELAS-, dan SRI HARTO-KESISWAAN-
BAWAH (KIRI-KANAN)
NENCY A -GURU KELAS-, ANI P -GURU KELAS-, LAILA-GURU KELAS-, MULYANI J-GURU KELAS-, dan ELTRIA-GURU KELAS.
Langganan:
Postingan (Atom)