“Children are the hands by which we take hold of heaven” (Henry
Ward Beecher)
Pengalaman yang tak ternilai bagi saya sebagai seorang pendidik adalah
ketika melihat anak sebagai ciptaan Allah yang begitu berharga dan
mengenali keunikan yang ada dalam diri masing-masing anak. Tak terasa
sudah saya mengajar baru 1 tahun 6 bulan, baru tahun ini saya menemukan
seorang anak yang memiliki karakter yang sangat berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Betapa tidak keberadaannya dia di tengah-tengah sekolah
menjadi pusat perhatian bagi guru-gurunya,dia gadis kecil yang mungil,
cool dan sangat pendiam sekali, bukan itu saja bila diperhatikan dengan
seksama dia seorang anak yang manis, namanya Ina Trias di usianya yang
ketika masuk sekolah masih kurang dari 6 tahun.. Ketika di awal-awal
masuk sekolah gadis mungil ini, sangat sulit sekali beradaptasi dengan
lingkungan di sekolahnya baik dengan teman-temannya dan juga dengan
guru-gurunya. Saat ini Ina, begitulah teman-teman memanggil si gadis
mungil ini.. Setiap berada di sekolah, ina selalu menangis dan bahkan
tidak mau bergabung dengan teman-temannya yang sedang melaksanakan
rutinitas pagi sebelum KBM di mulai yaitu Dhuha bersama di sebuah
musholah yang sangat sederhana. Dia selalu menangis dan meronta-ronta
dengan sekuat tenaga, namun anehnya dia hanya mengeluarkan suara
tangisan saja tanpa kata-kata satupun keluar dari bibir kecilnya yang
mungil..
Namun, sayapun tak putus asa terus berusaha agar Ina benar-benar, cinta
dengan sekolah SD Juara ini. Saya berusaha memisahkan Ina dengan Ibunya,
meskipun dia meronta ingin pulang. Namun saya gendong dan membawanya ke
sebuah ruangan dan selalu sprt itu stiap pagi. Dia, gadis kecil yang
sangat berbeda karena ekspresi wajahnya pun tak terlihat apakah dia
sedang gembira, sedih ataupun marah. Sehari-harinya dia lalui dengan
diam seribu bahasa.. Dengan berjalannya waktu, ina yang suka menangis,
akhirnya sedikit demi sedikitpun menghilang, dia menjadi gadis yang
mandiri, itulah perubahan yang dialaminya umtuk saat itu, namun untuk
keunikannya yang lain yang terdapat dalam diri ina adalah pendiamnya
yang seribu bahasa. Sampai-sampai saya pun kesulitan untuk berkomunikasi
dengan dia, dan bukan itu saja ina belum bisa menulis yang memang
notabennya dia belum pernah sekolah di TK. Dia masuk karena ikut-ikutan
saudaranya yang baru masuk kelas 1 juga…
Waktu demi waktu, saya melewati proses pengajaran bersama murid-murid
saya yang lainnya di kelas 1. Saya terus mengajak Ina berhitung angka
1-10 dengan pendekatan. Dan diapun sempat berhitung dengan suara yang
sangat lembuuuut sekali. Teman di sebangkunya sempat kaget, dan
berteriak, “teman-teman Ina dapat berbicara”, ternyata mereka menganggap
selama ini Ina tidak dapat berbicara. Teman-temannya pun senang, tapi
sangat disayangkan suara mungil itupun menghilang.. Namun kejadian itu
membuat saya penasaran dengan gadis mungil ini, hati kecil saya pun
sempat bertanya-tanya apakah dia ada masalah ketika kecilnya entah
terjatuh atau terkena panas yang tinggi atau bisa jadi dia kurang
terkena rangsangan dari orang tuanya ketika dulunya. Akhirnya saya ada
berkesempatan, dapat bertemu dengan ibundanya Ina, yang aktivitas
kesehariannya hanya sebagai ibu rumah tangga, dan bapaknya hanya tukang
ojeg. Dan ternyata dugaan-dugaan saya salah, tidak pernah terjadi
hal-hal yang menghawatirkan dengan Ina. Ternyata keseharian ina pun di
rumah sama seperti itu, ketika meminta sesuatu sama ibunya hanya
mengucapakan sepatah dua patah kata, “mah mau itu”, ketika di balik
Tanya sama ibundanya, “ina mau apa”, dia tidak bicara lagi hanya
menunjuk dengan jarinya yang mungil”.
Meskipun seperti itu saya tetap mengajak ina berbicara meskipun dia diam
seribu bahasa, dan kemudia sambil melenturkan jari-jarinya dengan
belajar menulis menebalkan angka dan huruf. Ina, si gadis mungil ini pun
menjadi penasaran guru-guru yang lain mengajak bicara, seperti biasa
dengan sikapnya yang cool dan tanpa ekspresi namun wajahnya yang sangat
polos. Namun suatu ketika berhasil juga, Ina dapat mengeluarkan
kata-kata dan merespon kata-kata. Ya meskipun dia masih sangat pemalu
sekali, karena dia hanya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru-guru tertentu saja dan itu pun hanya pertemuan dua mata (private)
dan hanya dari hati ke hati baru menembus ke hatinya… ibarat pepatah, “
sekeras apapun batu, maka dia akan terlubangi dengan tetesan air”..
Di penghujung masa berakhirnya proses belajar mengajar, yang sangat
mengejutkan sekali, ketika tadi siang tanggal 21 Desember 2012 tepat
pukul 13.30, setelah mengadakan serangkaian acara dari Rumah zakat dan
Lintas Arta, yang telah memberikan Check kesehatan seperti pemeriksaan
gigi, mata, pemeriksaan umum, dan check buta warna.. Terimakasih kami
ucapkan kepada Bp Efendi dan para staff, Lintas Arta dan para wartawan
yang telah meliput jalannya acara kami..
Tepat pukul 13.30, waktunya membagikan dan mengumumkan hasil belajar
anak-anak di semester 1. Komunikasi dari orang tua pun berjalan satu
persatu. Hingga akhirnya, saya berkomunikasi dengan ibundanya Ina, dan
ibundanya sempat tersentak kaget, ketika di rumah ina diajak belajar
sama ibunya, namun Ina menolak dengan bahasanya yang sangat singkat,
“nggak mau”, namun ibunya mengulang kembali kata-katanya, dan Ina hanya
menjawab “sama Ibu”. Ibundanya menegaskan sama ibu ya na, ayo kita
belajar. Ina langsung menggeleng kepalanya. Dan ibunya kebingungan
dengan menegaskan, “ sama ibu siapa?...”, ina menjawab, “Ibu guru”.
Bukan itu saja, perubahan sikap ina yang lain, dia menjadi rajin
berangkat ke sekolah. Bangun pagi-pagi, langsung mandi.. Hingga suatu
hari, ibunya sempat heran dengan Ina, bagaimana tidak heran,
sampai-sampai hari liburpun dia ingin bersekolah, meskipun ibundanya
sudah memberitahukan bahwa hari ini hari minggu. Namun tetap saja dia
ingin berangkat ke sekolah. Ketika sudah sampai di sekolah, dia melihat
gerbang sekolah terkunci rapat, dan Ina pun baru mempercayai perkataan
ibunya…
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia, termasuk
anak-anak yang merupakan awal dari perkembangan manusia. Lucu, ceria,
dan cute merupakan gambaran sifat yang bisa ditunjukkan bagi anak-anak.
Jika ditanya, banyak orang mengatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa
yang paling menyenangkan. Anak-anak bisa tertawa lepas, bermain hingga
puas, mendapat perhatian yang khusus dan kasih sayang dari orang tua,
serta tidak perlu memikirkan masalah keluarga. Indahnya hidup dalam masa
itu. Sebagai seorang yang sudah melewati masa kanak-kanak, secara
pribadi ingin rasanya untuk kembali ke masa kanak-kanak karena masa
kanak-kanak adalah masa yang paling menyenangkan.
Jika melihat sosok anak kecil, kita seperti melihat jiwa yang murni dan
tulus yang terpancar dari dalam diri anak itu. Masa kanak-kanak dimulai
setelah melewati masa bayi kemudian masa kanak-kanak dilanjutkan ke masa
remaja. Dalam masa kanak-kanak, setiap anak memiliki kebutuhan yang
harus dilengkapi di masa itu baik secara fisik, emosional, mental, dan
spiritual. Anak membutuhkan kasih sayang yang penuh dari orang tua untuk
mengisi ruang-ruang kebutuhan yang ada dalam diri anak tetapi
kenyataannya tidak semua anak yang mendapat kesempatan untuk dilengkapi
dengan apa yang seharusnya dibutuhkan anak pada masanya. Hal ini pun
menyebabkan setiap anak memiliki karakter masing-masing yang sesuai
dengan pola perkembangan anak ini ataupun dibawa secara genetik dari
orang tua. Setiap perbedaan karakter anak-anak menjadikan mereka UNIK
bagi setiap orang yang melihat anak sebagai ciptaan Allah yang berharga
dan mulia.
Nency Apiyanti,